banner here

Tentang Bisnis Jaringan

kapsul sambiloto,kapsul kunyit putih,kapsul kelor,obat kanker,herbal kanker,obat covid,herbal covid,obat corona
Artikel

Opini Negatif Tentang MLM
Seringkali ketika saya membaca postingan/komentar di website/blog, biasanya banyak yang memberikan opini negatif tentang Network Marketing/MLM. Dari yang mengatakan bahwa Network Marketing atau yang umum orang sebut MLM haram, menginjak/memeras downline atau bawahan, disamaratakan dengan Money Game, Sytem Piramida, bisnis tidak jelas, bisnis ecek-ecek, bisnis jailangkung, meminjam istilah salah satu top leader, “datang tidak di undang pulang tidak diantar” saking negatifnya prospek, belum ngomong apa-apa sudah apriori/negatif thinking dsb...biasanya mereka belum mengerti, mereka baru melihat bisnis ini dengan cara mengintip dari jauh, belum mencoba terjun atau ketika terjun kemudian salah jalan akhirnya menganggap sama dengan bisnis Money Game dan sejenisnya.

Network Marketing Salah Satu Cara Distribusi

Pada intinya, mereka memandang bahwa bisnis Network Marketing/MLM adalah Negatif. Tapi coba kita lihat dari prespektif yang lain. Seperti ilustrasi gambar di dibawah ini, “Network Marketing” adalah salah satu cara distribusi barang. Jika suatu Bisnis konvensional (yang umum sekarang ini), dari Manufactur barang didistribusikan ke “Sole Agent” (misalnya ada kita kenal “Agen Tunggal Pemegang Merk”/ATPM merk Mobil), dari sana barang di distribusikan lagi ke “Wholesaler”, didistribusikan lagi ke “Distributor”, kemudian ke Retailer (Toko-toko Ritel), baru dari sana Konsumen boleh berbelanja. Konsumen tidak boleh langsung berbelanja ke “Sole Agent”/”Wholesaler”, tetapi harus lewat Toko Eceran/”Retailer”.

Dari jalur distribusi barang tersebut pabrikan/produsen masih menambah biaya lagi untuk “Biaya Promosi” baik lewat media masa, televisi dan media lainnya, dengan bintang iklan yang sudah populer di masyarakat juga dengan biaya yang lumayan besar. sebenarnya tidak ada yang salah dengan jalur distribusi seperti ini, menurut Paul Zane Pilzer “Distributor” juga sangat diuntungkan dengan model seperti ini, yang akhirnya muncul raksasa semacam “Walmart”, “Amazon” dsb, hanya saja diperlukan modal dan biaya yang sangat besar.
Ada pilihan/alternatif yang lain selain model distribusi diatas yaitu “Network Marketing”, orang umum menyebut MLM (Multi Level Marketing) atau “Mulut Lewat Mulut”, pelaku di grup kami lebih senang dengan istilah “Network Marketing” lebih pas untuk menggambarkan model distribusi barang seperti ilustrasi gambar tersebut di atas.
Dari “Manufactur”/Pabrikan/produsen, barang langsung di distribusikan ke konsumen oleh pelaku/orang yang disebut “Distributor Langsung”, biasanya perusahaan/manufactur mempunyai perwakilan disetiap negara/daerah melalui perantara “Stockis”/”Host Couple” untuk berhubungan dengan “Distributor”, untuk menjadi stokis tentunya harus memenuhi syarat dan kondisi tertentu, dan biasanya pernah mempuyai reputasi yang bagus dari segi administrasi dan omzet sebagai “sub Stockis” sebelumnya, dengan proses yang ketat. Edukasi dan informasi produk sebenarnya lebih terjaga, asal pelaku distribusi kita sebut “Distributor” saja mempunya skill/kemampuan menjadi agen wiraniaga.

Support System/Sekolah Bisnis

Untuk mendukung Skill Distributor, baik mengenai proses distribusi dan product knowledgenya, ada semacam “Sekolah Bisnis” atau “Support System” yang akan memberikan edukasi yang baik agar proses distribusi tersebut dapat berjalan lancar dan baik. Seorang Distributor yang baik hendaknya terus meningkatkan skillnya lewat sekolah bisnis yang ada sehingga dilapangan tidak timbul persepsi-persepsi yang negatif terhadap bisnis ini dan tidak asal main tabrak yang penting joint/bergabung. Pada dasarnya, proses rekruitment member ibarat membuka toko/cabang baru. Semakin banyak cabang yang di rekrut akan semakin memperbesar omzet yang akhirnya akan memperbesar bonus kita juga. Kita sebut istilah “Downline”, kalau “Downline Langsung” kita sebut “Frontline”, diatasnya langsung/yang mengenalkan bisnis kita sebut “Sponsor”, mitra bisnis diatas sponsor kita masih dalam 1 jalur distribusi kita sebut “Upline”. Bisnis ini sering orang salah tafsir, bahwa upline seperti atasan kita, dan downline seperti bawahan kita, yang seharusnya adalah upline adalah mitra kerja kita sebagai konsultan, sedangkan downline adalah IBO (Independent Bussiness Owner), Wirausaha mandiri sebagaimana kita, tidak ada atasan/bos di bisnis ini.

Marketingplan/Rencana Pemasaran

Jika kita mengacu suatu marketingplan/rencana pemasaran suatu perusahaan MLM, maka seharusnya bonus-bonus yang diterima dari distributor adalah diambilkan dari keuntungan atas omzet distribrusi/penjualan product dari perusahaan MLM tersebut, bukan dari hasil keuntungan pendaftaran Member baru (Money game), downline/jaringan dibawahnya tidak dirugikan, downline tidak membayar upline-nya atas keuntungan barangnya, prinsipnya siapa yang menghasilkan omzet/penjualan, bonus perusahaan lebih besar kepada penghasil omzet tersebut, jadi betul-betul menganut fair system dan yang "nganggur" hanya mendapat sedikit bahkan sangat mungkin tidak mendapat apa-apa.
Upline mendapatkan keuntungan tidak sebesar apa yang “Distributor” peroleh dari omzet penjualannya, tetapi Upline (tentunya ada kondisi/syarat tertentu) mendapatkan prosentase komisi dari jaringannya. “Syarat tertentu” di berlakukan untuk menjaga agar perusahaan tidak bangkrut dalam jangka waktu yang panjang, hal ini menurut saya adalah system yang fair, perusahaan dan distributor sama-sama di untungkan. Telitilah Marketing plannya secara seksama.
Juga masalah kewajiban belanja bulanan/tutup point, jangan tergoda atas tawaran perusahaan MLM yang tidak ada kewajiban belanja bagi membernya. Perusahaan dan distributor menghasilkan omzet salah satunya adalah dari repeat order dan pembelanjaan dari anggota baru (bukan pendaftaran, beda sekali dengan money game, money game tidak ada produk dan repeat order). Juga telitilah masalah kewajiban belanja ini, ada perusahaan MLM yang menerapkan, bahwa anggota yang baru bergabung sudah diwajibkan ada belanja/penjualan bulanan. Pasti diawal-awal, apalagi distributor yang tidak mempunyai pengalaman MLM/bisnis ini sebelumnya akan sangat berat. Dan seharusnya kewajiban belanja ini disesuaikan dengan peringkat dan rata-rata bonus yang diterima, makin tinggi level/peringkatnya harusnya makin tinggi pula “tutup point/kewajiban belanja/kewajiban penjualan”, ada juga perusahaan yang makin tinggi levelnya malah tutup pointnya makin kecil, jelas level/peringkat terbawah/member baru sangat dirugikan.

Hukum MLM

Untuk masalah halal/haram MLM dikalangan ulama juga masih menjadi perdebatan, intinya harus bebas/bersih terhadap “unsur penipuan”, yang jelas pilihlah MLM yang fair system marketingplannya, seperti gambar konsep distribusi diatas, “makin banyak omzet yang dihasilkan maka yang bersangkutan yang akan mendapat bonus yang paling besar”. Distribusi barang terjadi karena memang ada kebutuhan setiap manusia, dan harga-harga barangnya juga transparan antara harga distributor dan harga konsumen. Harga sewaktu produk MLM yang masuk suatu negara biasanya tetap tidak mengalami kenaikan dan tidak fluktuatif seperti harga barang komoditi yang menyesuaikan harga BBM, kalaupun ada kenaikan biasanya dalam jangka waktu yang panjang bahkan tahunan harganya cenderung stabil.

Harga Produk

Jika dikatakan produk perusahaan yang dijual dengan system Network Marketing lebih mahal, sebenarnya kalau dihitung lebih detail lagi harganya relatif lebih murah, terutama jika kita membandingkan dengan produk yang lain, haruslah kita perhatikan barang/produk pembandingnya, kualitas barangnya, jumlah barangnya, kegunaan/kasiatnya dsb. Dan juga biasanya untuk menjaga reputasinya, perusahaan MLM akan meneliti dan mengkaji produk-produknya lebih mendalam sebelum di tawarkan kepada masyarakat, dan produk yang ditawarkan rata-rata produk yang sangat berkualitas dan tidak ada/tidak di jual di supermaket/tempat umum, "lebih eksklusif" dan "anti pemalsuan".

Paradigma Network Marketing

Semuanya kembali lagi ke “Paradigma” diri kita masing-masing, tergantung paradigma masing-masing orang, paradigma yang benar akan membuat action yang berbeda dan hasil yang di peroleh pun akan berbeda pula.
Sudah sering di ilustrasikan, ada seorang calon investor sepatu yang akan mendirikan pabrik sepatu di sebuah negara di Afrika, mereka mengirimkan 2 orang surveyornya. Surveyor yang pertama melaporkan bahwa disana belum ada seorangpun yang memakai sepatu, jadi bisa di pastikan perusahaan sepatu yang akan di bangun pasti merugi. Tetapi berbeda pandangan Surveyor kedua, dia berpikir potensinya masih sangat besar, belum ada pesaing dari perusahaan manapun yang akan mendirikan pabrik sepatu disana, dan potensi perusahaan sepatu masih sangat besar, pangsa pasarnya jelas, pesaingnya bahkan tidak ada. Semuanya kembali ke paradigma dan sudut pandang akan sesuatu masalah.
Bisnis apapun asal kita tahu caranya dan full heart/sepenuh hati dalam menjalankan, cepat atau lambat kita akan menerima manfaatnya. Energi yang kita keluarkan akan sebanding dengan energi yang akan kita terima.
Masih berpikir negatif tentang MLM?
Sumber : http://www.sejutablog.com/mlm-yes-or-no/
Konvensional ataupun MLM masing-masing ada kelebihan dan kekurangan...masing-masing juga bisa halal maupun haram